MANUSIA MODERN MENINGGALKAN THAREKAT SEPERTI KUCING MENGABAIKAN IKAN

MANUSIA MODERN MENINGGALKAN THAREKAT
SEPERTI KUCING MENGABAIKAN IKAN

Assalamu'alaikum wr wb.
Bismillahir rohmaanir rohiim
Atas taufiq hidayah Allah subhanahu wata'aalaa, syafa'at tarbiyah Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam, serta jangkungan do'a restu para kekasih Allah khususnya AL Aqthob Ghoutsi Hadzaz Zaman Rodhiyallohu anhum, kami tautkan jiwa kami dengan harapan untaian ini menjadi sebab yang kuat mendapat ridho Allah sepenuhnya hingga kita diberi bisa hadir wushul setepat tepatnya. Aamiin.
Bidang wushul kepada Allah, merupakan bidang pokok dalam menjalani hidup sebagai hamba yang menghendaki hadir di hadapan Allah. Maka mencari jalan menuju Allah, merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Ibarat orang mau ke tempat tujuan, tentu harus mengenal rute yang harus dilalui. disamping memahami rambu rambu yang menjadi ketentuan.
Sebenarnya  Ada dua macam rambu rambu dalam menuju Allah. YAITU RAMBU SYARIAT DAN HAKEKAT. ATAU RAMBU LAHIRIYAH DAN BAYHINIYAH.
Rambu rambu syariat sudah dibakukan dalam bentuk tintunan syariat islam. hukum fiqih  yang baku dan bisa dengan mudah ditangkap oleh akal dan fikiran . Namun untuk rambu rambu Hakikat tidak bisa sepenuhnya dibukukan. Apabila kita menemukan kitab kitab tasawwuf, kitab wushul kepada Allah, dalam bentuk praktik praktik pelaksanaan dalam tharekat, itu dimaksudkan agar metode pelaksanaan dalam mendekat kepada Allah secara hakiki lebih mudah dipahami oleh semua kalangan dan semua tingkatan bagi murid yang kadar keimanannya berbeda beda.
Di lain sisi, manusia yang berpikiran liberal, Ada sebuah ungkapan yang sangat populair bahwa banyak jalan menuju Roma. begini ungkapan umum. begitu juga jalan menuju Allah juga tidak terhitung jumlahnya. boleh jadi jalan menuju Allah sebanyak mahluk. Sebenarnya ungkapan ini benar adanya. Namun jalan menuju Allah yang jumlahnya tidak mampu kita hitung itu juga tidak mudah kita temukan. Kita sama sama mafhum bahwa para kekasih Allah, para tabi'iin, para sholihin, para muhshinin beliau beliau ahlul ma'rifah wal mahabbah. semua ahli bidang tharekat. Ahli dalam mendekat kepada Allah.
Syech Al Masyisi terkenal dengan tharekat Masyisiyahnya yang juga dilanjutkan oleh murid beliau Syeh Hasan Sadzaly dengan tharekat Sadzaliyah hingga turun kepada Syeh Abil Abbas Al Mursy berlanjut kepada Syeh Ibnu Athoillah As Sakandary yang mengarang pertama kali Kitab Al Hikam yang sudah masyhur dan menjadi rujukan semua kitab wushul. yang ketiganya masih dalam satu metode Wushul yang sama yaitu Tharekat Sadzaliyah.
Dari catatan sejarah sangat sedikit yang menemukan jalan menuju Allah. Hanya  orang khusus bidang wushul kepada Allah, yang datang kemudian diperkenalkan berbagai macam tharekat. Namun dari zaman ke zaman, bukti menhendaki lain. Manteqnya bahwa jika jumlah penduduk bumi itu 100 orang, hanya 30 orang yang memegang tharekat. bahkan kenyataan itupun makin di kemuadian hari makinenurun danenurun dan masih bisa kurang hingga Tinggal beberapa persen saja. Hal ini bisa kita buktikan dari sekian banyak ulama, atau kyai, sangat sedikit yang mengarahkan murid atau orang sekitarnya untuk mengikuti sebuah tharekat. Jika ada, dan kita temukan, beliau beliau tidak konsisten atau bisa jadi beliau beliau juga tidak konsisten dalam tharekat. Sedangkan untuk beberapa kelompok tertentu dan konsisten pada tharekatnya masih terkesan tertutup dalam kelompoknya. 

Kenapa hal ini terjadi ? kami tidak bisa menjawab sebab Allah yang maha mengetahui disamping ada beberapa hal yang menjadi sebab yang sebenarnya juga kehendak Allah sendiri. Secara lahiriyah memang kita sadari hampir semua aktifitas dalam tharekat memang tidak sederhana seperti yang kita pikirkan dan bahkan sangat pelik dan tidak bisa dipahami oleh semua golongan.
Sementara Allah dan Rosulnya menghendaki adanya imam sepanjang masa. Dalam sabdanya beginda menegaskan bahwa  #Barangsiapa melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya akan menemui Allah di hari kiamat dengan tanpa alasan. dan barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbaiat, maka matinya dalam keadaan jahiliyah ( HR: Muslim)
Dari pihak ba'dul 'Arifin berijtihat dalam ittifaknya bahwa " barang siapa hidup di dunia yang tidak menemukan seorang Imam atau penuntun jiwanya menuju Allah, maka matinya masih berlumuran dosa walaupun ibadahnya sebanyak jumlah jin dan manusia.
Memang dalam sejarah nyata, terjadi banyak pergolakan dan perdebatan sepanjang zaman.  Kita saksikan banyak terjadi kontradiktive antar kelompok yang saling mempertahankan Imam masing masing. Secara lahiriyah, kita orang belakang yang tidak mengenal Allah dan Rosulnya, tentu akan menemui kebingungan. sebab semua Imam dan penerusnya mengklaim akan kebenarannya masing masing.
Bisa jadi, ini salah satu penyebab bagi kita orang kecil mengalami kesulitan untuk memilih dan mengikuti. padahal tentang imamah adalah salah satu dari bagian ketaatan kita kepada Allah dan Rosulnya berdasarkan Sabda yang jelas tertuang dalam Alqur'an dan Hadits Rosululloh SAW.
Secara kronology , memang Tharekat yang menonjol bidang tasawwuf, penuh dengan fenomena dan gejolak. Tasawwuf yang aslinya menggali Alqur’an dan hadits secara maknawiyah, mendatangkan berbagai interpretasi. Tergantung kedalaman dan kedudukannya dihadapan Allah dan Rosulnya. Di sini menumbuhkan pengelompokan terhadap kalangan ulama. Ada ulama Tasawwuf , Ulama Fiqih , Ulama Hadits , Ulama Ushul Fiqih.
Di samping tumbuh pengelompokan para Ulama , juga terjadi perpecahan Ummat menjadi berbagai golongan . Ini di luar pengelompokan Ulama tetapi sangat berpengaruh juga dalam pengklasifikasian para Ulama . Pengelompokan pengelompokan ini berdasarkan statement atau ungkapan para tokoh yang dijadikan pegangan yang ahirnya masyarakat umum member sebutan untuk mengingat jenisnya hingga dikenal sebagai aliran yang disandarkan kepada tokohnya . Sebenarnya , jika kita sebut aliran , itu tidak tepat dan menjadi tepat sebab sudah diterima oleh manusia sempit pada umumnya. Jika kami katakan itu tidak tepat , sebab semua yang muncul itu berasal dari Tajalli sifat Allah yang bertajalli dalam hati seorang tokoh pelaku rohani.
Pemahaman seorang hamba , itu semua berasal dari tajallinya Allah. Ada yang melalui akal fikiran , ada yang melalui hati dan indra ( khowas )
Kembali kepada kajian kenapa manusia modern meninggalkan Tharekat, ini disamping sebab terjadi berbagai pergolakan dan pengelompokan dan tumbuh aliran yang pada puncaknya golongan sufi sempat menjadi golongan yang tersingkirkan ketika golongan sufi tidak berada dipihak pemerintah yang sah di kala itu. Akibatnya bidang Imamah dan bidang Khilafah terkoyak koyak dan terpecah belah. Hal ini tentu terjadi pergeseran makna dan kandungan Alqur’an bagi kaum itu sendiri. Semua ini sudah menjadi sunnatulloh yang tak mampu kita elakkan.
Apalagi jika kita tengok sabda Rosululloh SAW. Bahwa, nanti penduduk bumi akan banyak dipenuhi ummat beliau, akan tetapi dalam peribadatannya hanya sebatas kerongkongannya saja. Jika ada seorang hamba yang berpegang teguh di jalan Allah, akan dijauhi orang hingga diasingkan.
Dalam rangka menmbah hasanah dan tambahan penajaman, kita telaah kembali arti dan makna tharekat.
Kata tharekat berasal dari kata dalam bahasa arab yaitu AT THURUQI yang berarti Cara atau metode, dan bisa juga diartikan sebagai sistem atau kurikulum.
Dalam kegiatan mendekatkan diri kepada Allah, kita dituntun berbagai cara yang tidak lain semata mata hanya mendekat kepada Allah sesuai kehendak Allah atas dasar perintah Allah sendiri bahwa secara rohani kita orang yang beriman diperintahkan untuk senantiasa dekat kepada Allah sebagaimana dalam hadits qudsi beliau Rosululloh menekankan tidak hanya dekat akan tetapi bersama Allah Subhanahu wata'aalaa dengan sabdanya yang berbunyi #KUN MA'ALLAH, FAILLAM TAKUN, FAKUN MA'A MAN KANA MA'ALLAOH. FAINNAHU TUUSHILU ILALLOH INKUNTA MA’AHU = Bersamalah kamu dengan Allah. jika tidak bisa, maka bersamalah dengan siapa yang bersama Allah. Karena sesungguhnya dia mewushulkan kamu sekalian jika jika kamu bersamanya.
Tentunya sabda ini juga kita sadari bersama bahwa orang yang bersama Allah adalah Golongan Muhshiniin sesuai sabda #INNALLOHA MA'AL MUHSHINIIN. = Sesungguhnya Allah bersama para muhshinin.
Muhshiniin adalah golongan orang yang mendapatkan nikmat kehidupan dunia dan akhirat sebagaimana tertuang dalam Alqur'an. Dalam hal ini adalah orang yang diberi nikmat Oleh Allah dari golongan yang menempati maqom IHSAN. Sebuah kedudukan yang sempurna di sisi Allah.
MAQOM IHSAN Hanya diperoleh dengan penerapan IMAN DAN ISLAM. yaitu IMAN BILLAH WA ROSULIHI SHOLLALLOHU ALAIHI WASALLAM. Yang dalam pelaksanaannya murni dalam rangka menghamba kepada Allah (LILLAH ISTILAH WAHIDIYAH) tanpa kepentingan dunia maupun kepentingan akhirat dan betul betul tidak menyekutukan Allah . 
Sebagian tentu bertanya apakah dak boleh minta urusan dunia atau mohon urusan akhirat? Maka disinilah letak persoalan yang perlu kita pahami dalam Tauhid hingga betul betul berwahidiyah. Memohon apapun selama ada dasar perintah Allah tentu boleh dan bahkan diperintah. Walaupun itu sholat, jika dasarnya sebab supaya masuk sorga, tentu jelas menyalahi perintah. Tidak ada dasar hukum atau ayat yang mengatakan bahwa kita diperintah ibadah karena surga. jadi yang ada hanya perintah Allah untuk beribadah.

Berangkat dari sini segala sesuatu harus sesuai tuntunan yang diajarkan oleh Rosululloh kepada para sahabat dan pengikutnya. Oleh sebab itu, para sahabat dan pengikut beliau berusaha menepati segala aturan dan tuntunan setepat tepatnya.
Dalam rangka mengikuti tuntunan dan aturan Rosululloh, para tabi'iin dibimbing secara langsung dalam menerapkan Alqur'an dan Hadits secara mendetail seiring kondisi dan kebutuhan sehingga sepeninggal beliau SAW, para tabi'iin membukukan sebuah tuntunan agar dipahami oleh setiap insan.
Tuntunan tuntunan yang sudah diterima oleh para tabi'iin diteruskan kepada tabi'iit tabi'iin untuk salanjutnya dilaksanakan para pengikut dan penerus perjuangan Rosululloh SAW.
Sudah menjadi sunnatulloh, manusia berkembang dan bertambah. Demikian juga tingkat kebutuhan dan pemahaman juga ikut berkembang. Oleh sebab itu, sistim yang sebenarnya sangat simple dan sempurna, akibat kondisi peningkatan manusia maka sebuah sistim masih perlu disempurnakan lagi sesuai kedudukan dan keadaan zaman.
Yang perlu dipahami bersama bahwa terjadinya perubahan penyempurnaan, ini bukan berarti  KEIMANAN YANG DIRUBAH, MELAINKAN METODA PELAKSANAANNYA TANPA MERUBAH HUKUM DAN KETENTUAN SYAREAT. Dan yang tidak kalah pentingnya dengan Tharekat justru membantu sang salik dalam mendekat kepada Allah dan Rosulnya. Tharekat itu sendiri justru penyempurna Iman dan meningkatkan kualitas syariat Islam itu sendiri.
Dari masa ke masa, para penerus perjuangan memperoleh Inovasi baru yang menambah kekuatan iman dan islam itu sendiri dalam mencapai Ihsan. Inovasi Inovasi inilah yang dibawa oleh para Pembaharu (Mujaddid)  yang menimbulkan adanya Tharekat yang baru. ( Sistim pendekatannya yang diperbaharui)
Sistim atau tharekat yang sudah diperbaharui itu merupakan penerus dari tharekat sebelumnya.  sebagai alat, perlu diperbaharui .perlu renovasi dibeberapa titik tertentu sesuai kondisi jaman masing masing. Namun ini juga menimbulkan persepsi dan perdebatan sepanjang zaman sehingga sebagian orang menilai bahwa inovasi pendekatan ini dinilai menyimpang yang secara umum disebut BID'AH.
Sesuatu yang ditambah atau dikurangi dalam sebuah syariat itu disebut Bid'ah. Dalam Sholat kita tambah atau mengurangi jumlah rokaat, itu bid'ah. Dalam sholat kita tambah gerakan lain, itu bid'ah. Setelah selesai sholat lalu kita mengerjakan ibadah lain, itu bukan Bid'ah . Sebab bukan di dalam sebuah ibadah yang sudah jelas dan baku. Ini lepas dari Bid'ah Hasanah maupun Sayyiah.
Sesuatu dikatakan bid'ah, apabila menambah atau mengurangi tuntunan yang sudah baku dari junjungan kita Rosululloh SAW. untuk amalan sunnah, Untuk Sholat sunnah, rosululloh tidak membakukan dan beliau sendiri secara terpisah sudah terbiasa memperbanyak sholat sunnah. Begitu juga dalam bersholawat kepada nabi. Beliau memberi contoh namun tidak lama berselang Allah menegur bacaan sholawat nabi yang langsung beliau itu tidak sopan sebab bajasanya seperti orang memanggil diantara sesama sesama manusia. walhasil, tak lama berselang bermunculan sholawat yang ditaklif oleh sahabat, dengan bahasa yang sopan, takdziman, ikroman wamahabbatan.
Sering kita menemukan kajian tentang Bid'ah akan tetapi tidak menggiring untuk memahami makna dan maksud bid'ah itu sendiri sehingga lebih cenderung digunakan untuk menjatuhkan orang lain.
Hal ini timbul tidak lain sebab adanya sebuah kepentingan didalam ibadah. Secara nilai kandungan dan makna justru jika dalam beribadah membawa kepentingan  diri itulah Bid'ah.
Bagi yang terbuka hidayah kesadaran  tiap manusia senantiasa akam menyadari kita tidak bisa lepas dari kepentingan diri. kita senantiasa bid'ah selama belum murni mengabdikan diri kepasa Allah.  Kita sholat supaya masuk sorga atau agar tidak masuk neraka, itu namanya Bid'ah dalam sholatnya. Sebab menyimpang dari makna mengabdi. Sebab masih memohon imbalan. Sehingga semakin banyak manusia, dan semakin dangkal pemahaman akan maksud dan tujuan, maka makin terasa penyimpangan di sana sini.
Jika kita renung lebih dalam  pada dasarnya tidak salah apabila sistim mendekat kepada Allah, juga berkembang dan meluas dan menjadi banyak.
Jadi yang perlu kita sadari bersama bahwa inti dan tujuan utama adalah mendekatkan diri kepada Allah dan Rosulnya. tentang sistim atau metode pendekatan itu hanya sebuah kurikulum yang tujuannya untuk menopang dan menambah kesempurnaan bagi semua pengikutnya dalam menempati kesempurnaan ibadah secara syareat dan hakikat.
Kajian kali ini, kita bersama sama meneliti sebab apa manusia meninggalkan tharekat,  padahal setiap manusia beriman harus berbaiat kepada seorang imam yang menuntun semua ibadahnya.
Di sini kita akan menemui beberapa fenomena yang harus segeraenemukan jawaban sebelum kita mati. Menurut kajian kami yang bodoh, dan tidak mengenal Allah dan Rosulnya, tentu berbeda dengan ahlul ma'rifat walahabbah. Maka, kami golongan awam jelasenghadapi fenomena yang tidak ditemui oleh para kekasih Allah.
Berikut ini fenomena yang kami temukan saat ini :
1.     Jumlah tharekat yang ada dan diakui ahlus sunnah, sangat banyak, yang masuk dalam tharekat mu'tabaroh, sekitar 45 macam tharekat. Ini tentu menjadi fenomena
2.    Dalam berbaiat, kita hanya kepada seorang Imam. Sedangkan, tiap tharekat pasti terdapat seorang Imam / Mursyid.
3.    Dari sekian jumlah tharekat, tentunya hanya satu yang dikehendaki oleh Allah yang berhak memduduki jabatan Imam bagi manusia yang dipangkat oleh Allah sebagai Al Quthbu.
4.    Jika suatu tharekat terjadi kekosongan Al Quthbu (Al Kamil Mukammil/Sulthonul 'Auliya /Al Ghoutsu Zaman) ,  tentu sang mursyid dalam tharekat tersebut tidak berhak lagi mengantarkan murid hingga wushul kepada Allah. bahkan sang mursyid sendiri juga harus mencari mursyid lain yang mewusulkan dirinya.
5.    Dalam kitab Jamii'ul ushul fil Auliya, disebutkan bahwa apabila wafat seorang wali Quthbu, maka Allah mengangkat yang lain sebagai penerusnya. sebagai fenomena orang awam, apakah kita mampu menganali siapa penerusnya? Sementara kita harus berbaiat kepada beliau yang diangkat Allah.
6.    Disebabkan yang mengangkat  Imam /mursyid adalah Allah, maka dari itu tidak harus tharekat yang sama yang dikehendaki Allah walaupun Ahlus Sunnah sudah mengakui. Demikian juga yang diangkat menjadi penerus kewalian atau Al quthbu, tidak harus seorang Tharekat Mu'tabaroh sebab kuasa dan kehendak Allah tidak bisa dipatok oleh manusia walaupun seorang Wali. Hanya saja, seorang Wali atau seorang hamba boleh memohon untuk diberi penerus.
7.    Dengan sejumlah Tharekat yang diakui, tentu saja memiliki sistim yang sempurna. akan tetapi, Jika tidak ditempati oleh yang berkompeten, semua kesempurnaan itu tidak bisa menyempurnakan pelakunya, sebab tharekat itu adalah alat atau kurikulum yang juga perlu direnovasi dan harus tepat guna menurut Allah.
8.    Hal lain yang menyebabkan manusia modern meninggalkan tharekat, sebab dalam tharekat banyak mendalami bidang Tasawwuf. Bidang tauhid secara kerohanian yang mana bidang ini sempat diharamkan lantaran membuat pelakunya menjadi syirik apabila tidak memahami.
9.    Hal lain yang menjadi fenomena dalam tharekat, di mana tharekat senantiada bersinggungan dengan Nur Muhammad. Dan masa lalu , bidang Nur dianggap mustahil.
10.  Masih banyak fenomena fenomena lain yang menyebabkan Tharekat ditinggalkan manusia, dan kami tidak mampu membeberkan semuanya. Namun ketika Pemahaman tentang Nur dibuka oleh Nur itu sendiri, kiranya semua hal tersebut diatas tidak lagi menjadi fenomena yang harus dihindari dan justru segala sesuatu akan kita pahami dengan Nur itu sendiri dan Nur itu sendiri tentu terletak pada Rosululloh sendiri bagi yang dibuka akan hal ini.
Ketika kita kaji secara mendetail satu persatu, pada dasarnya, tharekat satu yaitu JALAN LURUS MENUJU ALLAH. Dalam hal ini tidak ada tharekat yang salah kecuali memang apabila praktek dalam sebuah tharekat itu jelas menyinpang dari jalur yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rosulnya. Dalam prakteknya, Tharekat merupakan alat yang dijadikan sebuah kendaraan dan tidak sembarang orang diperkenankan menjadi sopir.
Menurut hemat kami, pada prinsip dasar, itu bukan alatnya atau bukan kendaraannya yang utama akan tetapi sopirnya yang menentukan sampai atau tidaknya ke tempat tujuan. Apabila Sopirnya bukan seorang Washilun, maka tidak akan sampai dan orang yang dibaiatpun juga ikut tidak sampai.
Menengok keadaan diri kami sendiri yang kelas bukan seorang Washilun, bukan golongan hamba yang senantiasa hadir dihadapan Allah, tentu sangat mendambakan kehadiran seorang Washilun.
Kiranya jal ini juga didambakan oleh setiap insan yang mendambakan Wushul ke Hadirat Ilahi. Tanpa pandang golongan atau kelompok. Apakah itu golongan Para Ulama, para sholihin, para muhlishin, terutama golongan awam seperti kami yang jelas bukan barisan orang ma'rifat.
Dengan kajian ini, kami tidak berani menilai satupun dari sekian banyak tharekat, apalagi tharekat yang sudah diakui kebenarannya oleh ahlus sunnah wal jama'ah. Hanya saja, kami ikut prihatin ketika menemukan sekelompok ummat yang memandang sebelah mata kepada Tharekat lebih lebih jika sampai kurang takdzim kepada sang mursyid atau pendirinya.
Dalam kajian ini kami lebih menekankan kepada diri kami sendiri serta para pembaca yang kebetulan istighol tentang wushul kepada Allah bahwa pada prinsipnya kita wajib berbaiat kepada seorang IMAM. Secara umum, zaman dahulu wajib barbaiat kepada sang kholifah. Namun sejarah menetapkan secara lahiriyah, Kholifah sudah tidak ada lagi. Dengan digerusnya zaman dan keadaan, Kholifah berubah makna menjurus pada sebuah existensi sebuah pemimpin negara. Sehingga terjadi dualisme kepemimpinan. Ada pemimpin Ummat Islam yang disebut Umaro, dan ada pemimpin Ummat yang disebut Ulama.
Keadaan ini jelas berbeda dengan zaman Rosululloh. Di mana beliau pemimpin segalanya. Beliau memimpin sekaligus mentarbiyah ummat, sekaligus mengantarkan kepada Allah. Mengantarkan hajad permohonan ummat hingga dikabulkan oleh Allah. Yang mana beliau menegaskan bahwa segala permohonan ummatnya akan diperlihatkan kepada beliau. Ini menunjukkan bahwa amal ummat semua dihadapkan kepada beliau. Yang amalnya tepat, baru akan sampai kepada Allah. Yang tidak tepat, tidak akan sampai kepada Allah.
Bertautan dengan sabda tersebut, maka para ulama ikut berijtihad bahwa semua amal, semua perbuatan itu terhalang ( mahjubun) sehingga permulaannya memuji Allah dan bersholawat kepada Nabi SAW, barulah semua do'a dan ibadah apapun diterima oleh Allah.
Maka sangat tepat sekali, ketika kita menengok keadaan ummat pada umumnya sudah kebingungan mencari Imam dalam berbaiat, sebab semua tharekat juga benar, akan tetapi keadaan sudah meresahkan para salikun. membingungkan pejalan menuju Allah,  hingga mayoritas bakdul 'Arifin, ikut bersepakat bahwa Jalan yang paling aman dan paling dekat menuju Allah di akhir zaman bagi kita yang berlumuran dosa adalah Bersholawat kepada Nabi SAW. Berhubungan Rohani kepada beliau sekuat tenaga di manapun, kapanpun, bersama siapapun dan sambil berapapun tanpa mengenal waktu.  
Dikatakan berlumuran dosa, ini menurut pandangan Ma'rifat. Pandangan Ahlul ma'rifah walahabbah, bahwa selama kita belum sadar ma'rifat Billah Wa Rosulihi Shollallohu Alaihi Wa Sallam, Ibadahnya belum tepat dan sangat dimungkinkan mengandung ujub, riya' takabbur. atau bahasa tegasnya masih bercampur dengan keshirikan.
Tugas Imam atau kholifah, secara rohani mendidik ummat bidang Iman. sebagaimana Rosululloh menerobos jiwa ummat hingga diberi bisa membedakan halal dan haram. membedakan yang lurus dan bemgkok. Jadi pendek kata, Kita ummat akhir zaman hendaknya senantiasa bersama Rosululloh SAW kketika kita membutuhkan kesadaran kepada Allah SAW.
Tentunya kajian ini sangat jauh dari harapan. Namun kami tetap berharap semoga kita manusia di akhir zaman , senantiasa dibuka kesadaran kepada Allah subhanahu wa ta’aala wa rosuluhi SAW. Semoga kita diberi keyakinan bahwa, berbaiat itu sebuah keharusan dihadapan Allah SWT.
Akhir kalam  segala salah mohon maaf yang sebesar besarnya.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum wr wb.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA VERSI TAUHID (Lanjutan 2 )

APAKAH WAHIDIYAH ITU ?