MANUSIA MODERN MENINGGALKAN THAREKAT SEPERTI KUCING MENGABAIKAN IKAN
MANUSIA MODERN MENINGGALKAN THAREKAT
SEPERTI KUCING MENGABAIKAN IKAN
Assalamu'alaikum
wr wb.
Bismillahir
rohmaanir rohiim
Atas taufiq
hidayah Allah subhanahu wata'aalaa, syafa'at tarbiyah Rosululloh shollallohu
'alaihi wasallam, serta jangkungan do'a restu para kekasih Allah khususnya AL
Aqthob Ghoutsi Hadzaz Zaman Rodhiyallohu anhum, kami tautkan jiwa kami dengan
harapan untaian ini menjadi sebab yang kuat mendapat ridho Allah sepenuhnya
hingga kita diberi bisa hadir wushul setepat tepatnya. Aamiin.
Bidang
wushul kepada Allah, merupakan bidang pokok dalam menjalani hidup sebagai hamba
yang menghendaki hadir di hadapan Allah. Maka mencari jalan menuju Allah,
merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Ibarat orang mau ke tempat tujuan,
tentu harus mengenal rute yang harus dilalui. disamping memahami rambu rambu
yang menjadi ketentuan.
Sebenarnya Ada dua macam rambu rambu dalam menuju Allah. YAITU RAMBU SYARIAT DAN HAKEKAT. ATAU RAMBU LAHIRIYAH DAN BAYHINIYAH.
Sebenarnya Ada dua macam rambu rambu dalam menuju Allah. YAITU RAMBU SYARIAT DAN HAKEKAT. ATAU RAMBU LAHIRIYAH DAN BAYHINIYAH.
Rambu rambu
syariat sudah dibakukan dalam bentuk tintunan syariat islam. hukum fiqih
yang baku dan bisa dengan mudah ditangkap oleh akal dan fikiran . Namun untuk
rambu rambu Hakikat tidak bisa sepenuhnya dibukukan. Apabila kita menemukan
kitab kitab tasawwuf, kitab wushul kepada Allah, dalam bentuk praktik praktik
pelaksanaan dalam tharekat, itu dimaksudkan agar metode pelaksanaan dalam
mendekat kepada Allah secara hakiki lebih mudah dipahami oleh semua kalangan
dan semua tingkatan bagi murid yang kadar keimanannya berbeda beda.
Di lain
sisi, manusia yang berpikiran liberal, Ada sebuah ungkapan yang sangat populair
bahwa banyak jalan menuju Roma. begini ungkapan umum. begitu juga jalan menuju
Allah juga tidak terhitung jumlahnya. boleh jadi jalan menuju Allah sebanyak
mahluk. Sebenarnya ungkapan ini benar adanya. Namun jalan menuju Allah yang
jumlahnya tidak mampu kita hitung itu juga tidak mudah kita temukan. Kita sama
sama mafhum bahwa para kekasih Allah, para tabi'iin, para sholihin, para
muhshinin beliau beliau ahlul ma'rifah wal mahabbah. semua ahli bidang
tharekat. Ahli dalam mendekat kepada Allah.
Syech Al
Masyisi terkenal dengan tharekat Masyisiyahnya yang juga dilanjutkan oleh murid
beliau Syeh Hasan Sadzaly dengan tharekat Sadzaliyah hingga turun kepada Syeh
Abil Abbas Al Mursy berlanjut kepada Syeh Ibnu Athoillah As Sakandary yang
mengarang pertama kali Kitab Al Hikam yang sudah masyhur dan menjadi rujukan
semua kitab wushul. yang ketiganya masih dalam satu metode Wushul yang sama
yaitu Tharekat Sadzaliyah.
Dari catatan
sejarah sangat sedikit yang menemukan jalan menuju Allah. Hanya orang
khusus bidang wushul kepada Allah, yang datang kemudian diperkenalkan berbagai
macam tharekat. Namun dari zaman ke zaman, bukti menhendaki lain. Manteqnya
bahwa jika jumlah penduduk bumi itu 100 orang, hanya 30 orang yang memegang
tharekat. bahkan kenyataan itupun makin di kemuadian hari makinenurun danenurun
dan masih bisa kurang hingga Tinggal beberapa persen saja. Hal ini bisa kita
buktikan dari sekian banyak ulama, atau kyai, sangat sedikit yang mengarahkan
murid atau orang sekitarnya untuk mengikuti sebuah tharekat. Jika ada, dan kita
temukan, beliau beliau tidak konsisten atau bisa jadi beliau beliau juga tidak
konsisten dalam tharekat. Sedangkan untuk beberapa kelompok tertentu dan
konsisten pada tharekatnya masih terkesan tertutup dalam kelompoknya.
Kenapa hal ini terjadi ? kami tidak bisa menjawab sebab Allah yang maha mengetahui disamping ada beberapa hal yang menjadi sebab yang sebenarnya juga kehendak Allah sendiri. Secara lahiriyah memang kita sadari hampir semua aktifitas dalam tharekat memang tidak sederhana seperti yang kita pikirkan dan bahkan sangat pelik dan tidak bisa dipahami oleh semua golongan.
Sementara
Allah dan Rosulnya menghendaki adanya imam sepanjang masa. Dalam sabdanya
beginda menegaskan bahwa #Barangsiapa
melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya akan menemui Allah di
hari kiamat dengan tanpa alasan. dan barangsiapa mati dalam keadaan tidak
berbaiat, maka matinya dalam keadaan jahiliyah ( HR: Muslim)
Dari pihak ba'dul
'Arifin berijtihat dalam ittifaknya bahwa " barang siapa hidup di dunia
yang tidak menemukan seorang Imam atau penuntun jiwanya menuju Allah, maka
matinya masih berlumuran dosa walaupun ibadahnya sebanyak jumlah jin dan manusia.
Memang dalam
sejarah nyata, terjadi banyak pergolakan dan perdebatan sepanjang zaman.
Kita saksikan banyak terjadi kontradiktive antar kelompok yang saling
mempertahankan Imam masing masing. Secara lahiriyah, kita orang belakang yang
tidak mengenal Allah dan Rosulnya, tentu akan menemui kebingungan. sebab semua
Imam dan penerusnya mengklaim akan kebenarannya masing masing.
Bisa jadi,
ini salah satu penyebab bagi kita orang kecil mengalami kesulitan untuk memilih
dan mengikuti. padahal tentang imamah adalah salah satu dari bagian ketaatan
kita kepada Allah dan Rosulnya berdasarkan Sabda yang jelas tertuang dalam
Alqur'an dan Hadits Rosululloh SAW.
Secara
kronology , memang Tharekat yang menonjol bidang tasawwuf, penuh dengan
fenomena dan gejolak. Tasawwuf yang aslinya menggali Alqur’an dan hadits secara
maknawiyah, mendatangkan berbagai interpretasi. Tergantung kedalaman dan
kedudukannya dihadapan Allah dan Rosulnya. Di sini menumbuhkan pengelompokan
terhadap kalangan ulama. Ada ulama Tasawwuf , Ulama Fiqih , Ulama Hadits ,
Ulama Ushul Fiqih.
Di samping
tumbuh pengelompokan para Ulama , juga terjadi perpecahan Ummat menjadi
berbagai golongan . Ini di luar pengelompokan Ulama tetapi sangat berpengaruh
juga dalam pengklasifikasian para Ulama . Pengelompokan pengelompokan ini berdasarkan
statement atau ungkapan para tokoh yang dijadikan pegangan yang ahirnya
masyarakat umum member sebutan untuk mengingat jenisnya hingga dikenal sebagai
aliran yang disandarkan kepada tokohnya . Sebenarnya , jika kita sebut aliran ,
itu tidak tepat dan menjadi tepat sebab sudah diterima oleh manusia sempit pada
umumnya. Jika kami katakan itu tidak tepat , sebab semua yang muncul itu
berasal dari Tajalli sifat Allah yang bertajalli dalam hati seorang tokoh pelaku
rohani.
Pemahaman
seorang hamba , itu semua berasal dari tajallinya Allah. Ada yang melalui akal
fikiran , ada yang melalui hati dan indra ( khowas )
Kembali
kepada kajian kenapa manusia modern meninggalkan Tharekat, ini disamping sebab
terjadi berbagai pergolakan dan pengelompokan dan tumbuh aliran yang pada
puncaknya golongan sufi sempat menjadi golongan yang tersingkirkan ketika
golongan sufi tidak berada dipihak pemerintah yang sah di kala itu. Akibatnya
bidang Imamah dan bidang Khilafah terkoyak koyak dan terpecah belah. Hal ini
tentu terjadi pergeseran makna dan kandungan Alqur’an bagi kaum itu sendiri.
Semua ini sudah menjadi sunnatulloh yang tak mampu kita elakkan.
Apalagi jika
kita tengok sabda Rosululloh SAW. Bahwa, nanti penduduk bumi akan banyak
dipenuhi ummat beliau, akan tetapi dalam peribadatannya hanya sebatas
kerongkongannya saja. Jika ada seorang hamba yang berpegang teguh di jalan
Allah, akan dijauhi orang hingga diasingkan.
Dalam rangka
menmbah hasanah dan tambahan penajaman, kita telaah kembali arti dan makna
tharekat.
Kata
tharekat berasal dari kata dalam bahasa arab yaitu AT THURUQI yang berarti Cara
atau metode, dan bisa juga diartikan sebagai sistem atau kurikulum.
Dalam
kegiatan mendekatkan diri kepada Allah, kita dituntun berbagai cara yang tidak
lain semata mata hanya mendekat kepada Allah sesuai kehendak Allah atas dasar
perintah Allah sendiri bahwa secara rohani kita orang yang beriman
diperintahkan untuk senantiasa dekat kepada Allah sebagaimana dalam hadits
qudsi beliau Rosululloh menekankan tidak hanya dekat akan tetapi bersama Allah
Subhanahu wata'aalaa dengan sabdanya yang berbunyi #KUN MA'ALLAH, FAILLAM
TAKUN, FAKUN MA'A MAN KANA MA'ALLAOH. FAINNAHU TUUSHILU ILALLOH INKUNTA MA’AHU
= Bersamalah kamu dengan Allah. jika tidak bisa, maka bersamalah dengan siapa
yang bersama Allah. Karena sesungguhnya dia mewushulkan kamu sekalian jika jika
kamu bersamanya.
Tentunya
sabda ini juga kita sadari bersama bahwa orang yang bersama Allah adalah
Golongan Muhshiniin sesuai sabda #INNALLOHA MA'AL MUHSHINIIN. = Sesungguhnya
Allah bersama para muhshinin.
Muhshiniin
adalah golongan orang yang mendapatkan nikmat kehidupan dunia dan akhirat
sebagaimana tertuang dalam Alqur'an. Dalam hal ini adalah orang yang diberi
nikmat Oleh Allah dari golongan yang menempati maqom IHSAN. Sebuah kedudukan
yang sempurna di sisi Allah.
MAQOM IHSAN
Hanya diperoleh dengan penerapan IMAN DAN ISLAM. yaitu IMAN BILLAH WA ROSULIHI
SHOLLALLOHU ALAIHI WASALLAM. Yang dalam pelaksanaannya murni dalam rangka
menghamba kepada Allah (LILLAH ISTILAH WAHIDIYAH) tanpa kepentingan dunia
maupun kepentingan akhirat dan betul betul tidak menyekutukan Allah .
Sebagian
tentu bertanya apakah dak boleh minta urusan dunia atau mohon urusan akhirat?
Maka disinilah letak persoalan yang perlu kita pahami dalam Tauhid hingga betul
betul berwahidiyah. Memohon apapun selama ada dasar perintah Allah tentu boleh
dan bahkan diperintah. Walaupun itu sholat, jika dasarnya sebab supaya masuk
sorga, tentu jelas menyalahi perintah. Tidak ada dasar hukum atau ayat yang
mengatakan bahwa kita diperintah ibadah karena surga. jadi yang ada hanya
perintah Allah untuk beribadah.
Berangkat dari sini segala sesuatu harus sesuai tuntunan yang diajarkan oleh Rosululloh kepada para sahabat dan pengikutnya. Oleh sebab itu, para sahabat dan pengikut beliau berusaha menepati segala aturan dan tuntunan setepat tepatnya.
Berangkat dari sini segala sesuatu harus sesuai tuntunan yang diajarkan oleh Rosululloh kepada para sahabat dan pengikutnya. Oleh sebab itu, para sahabat dan pengikut beliau berusaha menepati segala aturan dan tuntunan setepat tepatnya.
Dalam rangka
mengikuti tuntunan dan aturan Rosululloh, para tabi'iin dibimbing secara
langsung dalam menerapkan Alqur'an dan Hadits secara mendetail seiring kondisi
dan kebutuhan sehingga sepeninggal beliau SAW, para tabi'iin membukukan sebuah
tuntunan agar dipahami oleh setiap insan.
Tuntunan
tuntunan yang sudah diterima oleh para tabi'iin diteruskan kepada tabi'iit
tabi'iin untuk salanjutnya dilaksanakan para pengikut dan penerus perjuangan
Rosululloh SAW.
Sudah
menjadi sunnatulloh, manusia berkembang dan bertambah. Demikian juga tingkat
kebutuhan dan pemahaman juga ikut berkembang. Oleh sebab itu, sistim yang
sebenarnya sangat simple dan sempurna, akibat kondisi peningkatan manusia maka
sebuah sistim masih perlu disempurnakan lagi sesuai kedudukan dan keadaan zaman.
Yang perlu
dipahami bersama bahwa terjadinya perubahan penyempurnaan, ini bukan
berarti KEIMANAN YANG DIRUBAH, MELAINKAN METODA PELAKSANAANNYA TANPA
MERUBAH HUKUM DAN KETENTUAN SYAREAT. Dan yang tidak kalah pentingnya dengan
Tharekat justru membantu sang salik dalam mendekat kepada Allah dan Rosulnya.
Tharekat itu sendiri justru penyempurna Iman dan meningkatkan kualitas syariat
Islam itu sendiri.
Dari masa ke
masa, para penerus perjuangan memperoleh Inovasi baru yang menambah kekuatan
iman dan islam itu sendiri dalam mencapai Ihsan. Inovasi Inovasi inilah yang
dibawa oleh para Pembaharu (Mujaddid) yang menimbulkan adanya Tharekat
yang baru. ( Sistim pendekatannya yang diperbaharui)
Sistim atau
tharekat yang sudah diperbaharui itu merupakan penerus dari tharekat
sebelumnya. sebagai alat, perlu diperbaharui .perlu renovasi dibeberapa
titik tertentu sesuai kondisi jaman masing masing. Namun ini juga menimbulkan
persepsi dan perdebatan sepanjang zaman sehingga sebagian orang menilai bahwa
inovasi pendekatan ini dinilai menyimpang yang secara umum disebut BID'AH.
Sesuatu yang
ditambah atau dikurangi dalam sebuah syariat itu disebut Bid'ah. Dalam Sholat
kita tambah atau mengurangi jumlah rokaat, itu bid'ah. Dalam sholat kita tambah
gerakan lain, itu bid'ah. Setelah selesai sholat lalu kita mengerjakan ibadah
lain, itu bukan Bid'ah . Sebab bukan di dalam sebuah ibadah yang sudah jelas
dan baku. Ini lepas dari Bid'ah Hasanah maupun Sayyiah.
Sesuatu dikatakan bid'ah, apabila menambah atau mengurangi tuntunan yang sudah baku dari junjungan kita Rosululloh SAW. untuk amalan sunnah, Untuk Sholat sunnah, rosululloh tidak membakukan dan beliau sendiri secara terpisah sudah terbiasa memperbanyak sholat sunnah. Begitu juga dalam bersholawat kepada nabi. Beliau memberi contoh namun tidak lama berselang Allah menegur bacaan sholawat nabi yang langsung beliau itu tidak sopan sebab bajasanya seperti orang memanggil diantara sesama sesama manusia. walhasil, tak lama berselang bermunculan sholawat yang ditaklif oleh sahabat, dengan bahasa yang sopan, takdziman, ikroman wamahabbatan.
Sesuatu dikatakan bid'ah, apabila menambah atau mengurangi tuntunan yang sudah baku dari junjungan kita Rosululloh SAW. untuk amalan sunnah, Untuk Sholat sunnah, rosululloh tidak membakukan dan beliau sendiri secara terpisah sudah terbiasa memperbanyak sholat sunnah. Begitu juga dalam bersholawat kepada nabi. Beliau memberi contoh namun tidak lama berselang Allah menegur bacaan sholawat nabi yang langsung beliau itu tidak sopan sebab bajasanya seperti orang memanggil diantara sesama sesama manusia. walhasil, tak lama berselang bermunculan sholawat yang ditaklif oleh sahabat, dengan bahasa yang sopan, takdziman, ikroman wamahabbatan.
Sering kita
menemukan kajian tentang Bid'ah akan tetapi tidak menggiring untuk memahami
makna dan maksud bid'ah itu sendiri sehingga lebih cenderung digunakan untuk
menjatuhkan orang lain.
Hal ini timbul tidak lain sebab adanya sebuah kepentingan didalam ibadah. Secara nilai kandungan dan makna justru jika dalam beribadah membawa kepentingan diri itulah Bid'ah.
Hal ini timbul tidak lain sebab adanya sebuah kepentingan didalam ibadah. Secara nilai kandungan dan makna justru jika dalam beribadah membawa kepentingan diri itulah Bid'ah.
Bagi yang
terbuka hidayah kesadaran tiap manusia senantiasa akam menyadari kita
tidak bisa lepas dari kepentingan diri. kita senantiasa bid'ah selama belum
murni mengabdikan diri kepasa Allah. Kita sholat supaya masuk sorga atau
agar tidak masuk neraka, itu namanya Bid'ah dalam sholatnya. Sebab menyimpang
dari makna mengabdi. Sebab masih memohon imbalan. Sehingga semakin banyak
manusia, dan semakin dangkal pemahaman akan maksud dan tujuan, maka makin
terasa penyimpangan di sana sini.
Jika kita
renung lebih dalam pada dasarnya tidak salah apabila sistim mendekat
kepada Allah, juga berkembang dan meluas dan menjadi banyak.
Jadi yang
perlu kita sadari bersama bahwa inti dan tujuan utama adalah mendekatkan diri
kepada Allah dan Rosulnya. tentang sistim atau metode pendekatan itu hanya
sebuah kurikulum yang tujuannya untuk menopang dan menambah kesempurnaan bagi
semua pengikutnya dalam menempati kesempurnaan ibadah secara syareat dan
hakikat.
Kajian kali
ini, kita bersama sama meneliti sebab apa manusia meninggalkan tharekat,
padahal setiap manusia beriman harus berbaiat kepada seorang imam yang menuntun
semua ibadahnya.
Di sini kita
akan menemui beberapa fenomena yang harus segeraenemukan jawaban sebelum kita
mati. Menurut kajian kami yang bodoh, dan tidak mengenal Allah dan Rosulnya,
tentu berbeda dengan ahlul ma'rifat walahabbah. Maka, kami golongan awam
jelasenghadapi fenomena yang tidak ditemui oleh para kekasih Allah.
Berikut ini
fenomena yang kami temukan saat ini :
1. Jumlah tharekat yang ada dan diakui ahlus
sunnah, sangat banyak, yang masuk dalam tharekat mu'tabaroh, sekitar 45 macam
tharekat. Ini tentu menjadi fenomena
2. Dalam berbaiat, kita hanya kepada seorang
Imam. Sedangkan, tiap tharekat pasti terdapat seorang Imam / Mursyid.
3. Dari sekian jumlah tharekat, tentunya hanya
satu yang dikehendaki oleh Allah yang berhak memduduki jabatan Imam bagi
manusia yang dipangkat oleh Allah sebagai Al Quthbu.
4. Jika suatu tharekat terjadi kekosongan Al
Quthbu (Al Kamil Mukammil/Sulthonul 'Auliya /Al Ghoutsu Zaman) , tentu
sang mursyid dalam tharekat tersebut tidak berhak lagi mengantarkan murid
hingga wushul kepada Allah. bahkan sang mursyid sendiri juga harus mencari
mursyid lain yang mewusulkan dirinya.
5. Dalam kitab Jamii'ul ushul fil Auliya,
disebutkan bahwa apabila wafat seorang wali Quthbu, maka Allah mengangkat yang
lain sebagai penerusnya. sebagai fenomena orang awam, apakah kita mampu
menganali siapa penerusnya? Sementara kita harus berbaiat kepada beliau yang
diangkat Allah.
6. Disebabkan yang mengangkat Imam
/mursyid adalah Allah, maka dari itu tidak harus tharekat yang sama yang
dikehendaki Allah walaupun Ahlus Sunnah sudah mengakui. Demikian juga yang
diangkat menjadi penerus kewalian atau Al quthbu, tidak harus seorang Tharekat
Mu'tabaroh sebab kuasa dan kehendak Allah tidak bisa dipatok oleh manusia
walaupun seorang Wali. Hanya saja, seorang Wali atau seorang hamba boleh
memohon untuk diberi penerus.
7. Dengan sejumlah Tharekat yang diakui, tentu
saja memiliki sistim yang sempurna. akan tetapi, Jika tidak ditempati oleh yang
berkompeten, semua kesempurnaan itu tidak bisa menyempurnakan pelakunya, sebab
tharekat itu adalah alat atau kurikulum yang juga perlu direnovasi dan harus
tepat guna menurut Allah.
8. Hal lain yang menyebabkan manusia modern
meninggalkan tharekat, sebab dalam tharekat banyak mendalami bidang Tasawwuf. Bidang
tauhid secara kerohanian yang mana bidang ini sempat diharamkan lantaran
membuat pelakunya menjadi syirik apabila tidak memahami.
9. Hal lain yang menjadi fenomena dalam
tharekat, di mana tharekat senantiada bersinggungan dengan Nur Muhammad. Dan masa
lalu , bidang Nur dianggap mustahil.
10. Masih banyak fenomena fenomena lain yang
menyebabkan Tharekat ditinggalkan manusia, dan kami tidak mampu membeberkan
semuanya. Namun ketika Pemahaman tentang Nur dibuka oleh Nur itu sendiri,
kiranya semua hal tersebut diatas tidak lagi menjadi fenomena yang harus
dihindari dan justru segala sesuatu akan kita pahami dengan Nur itu sendiri dan
Nur itu sendiri tentu terletak pada Rosululloh sendiri bagi yang dibuka akan hal
ini.
Ketika kita
kaji secara mendetail satu persatu, pada dasarnya, tharekat satu yaitu JALAN
LURUS MENUJU ALLAH. Dalam hal ini tidak ada tharekat yang salah kecuali memang
apabila praktek dalam sebuah tharekat itu jelas menyinpang dari jalur yang
sudah ditetapkan oleh Allah dan Rosulnya. Dalam prakteknya, Tharekat merupakan
alat yang dijadikan sebuah kendaraan dan tidak sembarang orang diperkenankan
menjadi sopir.
Menurut
hemat kami, pada prinsip dasar, itu bukan alatnya atau bukan kendaraannya yang
utama akan tetapi sopirnya yang menentukan sampai atau tidaknya ke tempat
tujuan. Apabila Sopirnya bukan seorang Washilun, maka tidak akan sampai dan
orang yang dibaiatpun juga ikut tidak sampai.
Menengok
keadaan diri kami sendiri yang kelas bukan seorang Washilun, bukan golongan
hamba yang senantiasa hadir dihadapan Allah, tentu sangat mendambakan kehadiran
seorang Washilun.
Kiranya jal
ini juga didambakan oleh setiap insan yang mendambakan Wushul ke Hadirat Ilahi.
Tanpa pandang golongan atau kelompok. Apakah itu golongan Para Ulama, para
sholihin, para muhlishin, terutama golongan awam seperti kami yang jelas bukan
barisan orang ma'rifat.
Dengan
kajian ini, kami tidak berani menilai satupun dari sekian banyak tharekat,
apalagi tharekat yang sudah diakui kebenarannya oleh ahlus sunnah wal jama'ah.
Hanya saja, kami ikut prihatin ketika menemukan sekelompok ummat yang memandang
sebelah mata kepada Tharekat lebih lebih jika sampai kurang takdzim kepada sang
mursyid atau pendirinya.
Dalam kajian
ini kami lebih menekankan kepada diri kami sendiri serta para pembaca yang
kebetulan istighol tentang wushul kepada Allah bahwa pada prinsipnya kita wajib
berbaiat kepada seorang IMAM. Secara umum, zaman dahulu wajib barbaiat kepada
sang kholifah. Namun sejarah menetapkan secara lahiriyah, Kholifah sudah tidak
ada lagi. Dengan digerusnya zaman dan keadaan, Kholifah berubah makna menjurus
pada sebuah existensi sebuah pemimpin negara. Sehingga terjadi dualisme
kepemimpinan. Ada pemimpin Ummat Islam yang disebut Umaro, dan ada pemimpin
Ummat yang disebut Ulama.
Keadaan ini
jelas berbeda dengan zaman Rosululloh. Di mana beliau pemimpin segalanya.
Beliau memimpin sekaligus mentarbiyah ummat, sekaligus mengantarkan kepada
Allah. Mengantarkan hajad permohonan ummat hingga dikabulkan oleh Allah. Yang
mana beliau menegaskan bahwa segala permohonan ummatnya akan diperlihatkan
kepada beliau. Ini menunjukkan bahwa amal ummat semua dihadapkan kepada beliau.
Yang amalnya tepat, baru akan sampai kepada Allah. Yang tidak tepat, tidak akan
sampai kepada Allah.
Bertautan
dengan sabda tersebut, maka para ulama ikut berijtihad bahwa semua amal, semua
perbuatan itu terhalang ( mahjubun) sehingga permulaannya memuji Allah dan
bersholawat kepada Nabi SAW, barulah semua do'a dan ibadah apapun diterima oleh
Allah.
Maka sangat
tepat sekali, ketika kita menengok keadaan ummat pada umumnya sudah kebingungan
mencari Imam dalam berbaiat, sebab semua tharekat juga benar, akan tetapi
keadaan sudah meresahkan para salikun. membingungkan pejalan menuju
Allah, hingga mayoritas bakdul 'Arifin, ikut bersepakat bahwa Jalan yang
paling aman dan paling dekat menuju Allah di akhir zaman bagi kita yang
berlumuran dosa adalah Bersholawat kepada Nabi SAW. Berhubungan Rohani kepada
beliau sekuat tenaga di manapun, kapanpun, bersama siapapun dan sambil
berapapun tanpa mengenal waktu.
Dikatakan
berlumuran dosa, ini menurut pandangan Ma'rifat. Pandangan Ahlul ma'rifah
walahabbah, bahwa selama kita belum sadar ma'rifat Billah Wa Rosulihi
Shollallohu Alaihi Wa Sallam, Ibadahnya belum tepat dan sangat dimungkinkan
mengandung ujub, riya' takabbur. atau bahasa tegasnya masih bercampur dengan
keshirikan.
Tugas Imam
atau kholifah, secara rohani mendidik ummat bidang Iman. sebagaimana Rosululloh
menerobos jiwa ummat hingga diberi bisa membedakan halal dan haram. membedakan
yang lurus dan bemgkok. Jadi pendek kata, Kita ummat akhir zaman hendaknya senantiasa
bersama Rosululloh SAW kketika kita membutuhkan kesadaran kepada Allah SAW.
Tentunya
kajian ini sangat jauh dari harapan. Namun kami tetap berharap semoga kita
manusia di akhir zaman , senantiasa dibuka kesadaran kepada Allah subhanahu wa
ta’aala wa rosuluhi SAW. Semoga kita diberi keyakinan bahwa, berbaiat itu
sebuah keharusan dihadapan Allah SWT.
Akhir
kalam segala salah mohon maaf yang
sebesar besarnya.
Wabillahi
taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum
wr wb.
Komentar