MA'RIFAT BILLAH BUKAN UPAYA HAMBA

SEJAK DI ALAM RUH, MANUSIA SUDAH MA'RIFAT BILLAH.

MA'RIFAT KEPADA ALLAH BUKAN HASIL IBADAH DAN JERIH PAYAH MANUSIA.

Bismillahir rohmaanir rohim
Assalamu'alaikum wr wb

Manusia sebelum lahir di muka bumi, pada prinsipnya sudah mengenal Allah. Menyadari sifat sifat Allah. Menyaksikan keberadaan Allah yang maha wujud tanpa harus mengetahui permulaan sekaligus tanpa harus mengakui kekekalannya. tidak ada satupun dari sifat Allah yang tidak disadari. Semua senantiasa thawaf kepada Allah. Antara mahluq dengan kholiq terjalin mesra hingga tidak ada jurang pemisah. tidak ada hamba dan penghambaannya. yang ada hanya ketergantungan mahluq kepada kholiq bukan sebab mahluk. Sebuah ketergantungan nyata tanpa harus diikrarkan. Sebab jika sekiranya mahluk itu dipisahkan atau dilepas oleh kholiq, maka lenyaplah mahluq itu. Kholiq memberi dan mahluq diberi. Mahluq diberi bukan sebab meminta. Kholiq memberi bukan sebab diminta.Yang ada hanya memenuhi dan dipenuhi. Mengisi dan diisi.  

Semua sudah menjadi sifat Kholiq dan sudah menjadi keberadaan dan kedudukannya yang tidak bisa disepadankan.

Termasuk sifat kholiq yang maha mewujudkan dan maha merawat merawat. Sedangkan sifst mahluk yang dirawat. Allah merawat mahluk tanpa dasar permintaan mahluk. Allah Maha memenuhi segala kebutuhan mahluk . Mahluk senantiasa dipenuhi tanpa syarat atau permohonan. Sebuah perawatan dan penjagaan Kholiq terhadap mahluk secara otomatis atau secara apa itu namanya sebab tidak ada kata yang mampu mengucapkan hanya dengan satu kalimat. tidak ada bahasa yang manpu mengungkapkan namun kita sudah memahamai semuanya bahwa itu hukum Allah sebagai sang pencipta sedangkan mahluk sebagai ciptaan.  

Sehingga sifat Kholiq tidak pernah sama dan tidak akan sama apalagi disamai atau ditiru. Jika kita dikenalkan dengan sifat sifat kholiq dalam asma , itu hanya sebatas alat bagi manusia yang diberi akal untuk memahami dan menyadari saja. Namun aslinya manusia tetap saja tidak akan mampu mengurai makna yang sebenarnya kecuali kholiq itu sendiri yang menguraikannya.

Kholiq memberi, sedangkan mahluk diberi. artinya mahluk tidak bisa memberi suatu apapun kepada dirinya, juga tidak bisa memberikan sesuatu kepada sesama mahluq. apalagi kepada kholiq. jadi mahluk tidak memiliki kontribusi apapun. 

Contohnya. Ketika ada manusia yang kebetulan dipanggil sebagai ibu menyusui anaknya, itu bukan berarti ibu memberi air susu kepada anaknya. sebab ibu itu tidak bisa menciptakan susu dengan sendirinya. Kholiq yang memproduksi susu terhadap sang ibu.

Kholiq hidup, mahluq diberi hidup. Yang artinya mahluk tidak hidup.

Kholiq memberi lapar, mahluk diberi lapar. Yang artinya, mahluk tidak lapar dengan sendirinya. Laparnya mahluk sebab diberi lapar. Ini harus senantiasa kita sadari.

Kholiq memberi kaya, sedangkan mahluk diberi kaya. Yang artinya, mahluk tidak kaya dengan sendirinya serta bukan hasil jerih payahnya.  

Kholiq memberi susah dan mahluk diberi susah. yang artinya mahluk tidak susah dengan kemauan mahluk itu sendiri.

Kholiq memberi senang dan mahluk diberi senang. Yang artinya mahluk tidak senang dengan dirinya sediri dan tidak akan bisa membuat dirinya senang.

Ketergantungan mahluk bukan kehendak mahluk akan tetapi kehendak kholiq itu sendiri. Sifat Kholiq yang menunjukkan kepada mahluk dengan sifat Ashomadu yang mana ketergantungan mahluk itu merupakan kenyataan tanpa butuh pembenaran dari mahluk. sebab mahluk itu sendiri sudah senantiasa menyaksikan ketergantungannya kepada kholiq.

Ketika semua berada di alam ruh. sebuah alam tanpa batas maupun pembatas. hingga tidak ada batas ataupun pembatas antara mahluq dengan kholiq. Tidak ada batasan kholiq atau mahluk.

Ketika Allah berbuat, (mencipta) maka terjadi batasan. Ada pencipta dan ada ciptaan.ada batasan kholiq. Ada batasan mahluq. Perbuatan Allah pertama kali adalah ( Kholaqos samaawati wamaa fil ardhi) Allah menciptakan langit dan bumi. Tentu dalam hal menciptakan sebuah ciptaan dengan caranya Allah sendiri ( Kun fayakun ) dengan Nurnya Allah sendiri.

Agar tidak terjadi kesimpang siuran bidang pemahaman, kita perlu memahami tentang Nur itu sendiri. Walaupun tentang nur itu tidak bisa dipahami kecuali dengan Nur itu sendiri yang memperkenalkan diri.

Jadi sebagai manusia, kita tidak perlu mempelajari Nur ketika Nur itu sudah memperkenalkan diri kepada kita semua. Sebab Nur itu tidak bisa dipelajari. Tidak ada ilmu untuk mempelajari Nur sebagaimana pula dengan Ilmu juga tidak bisa dipelajari. Manusia sifatnya hanya diberi.

Ketika Allah berbuat sebagaimana tersebut di atas maka ada batasan. yaitu batasan mahluk dan batasan kholiq.  Ada batasan yaitu memberi dan diberi. Ada batasan menolong dan ditolong. Kholiq yang menolong dan mahluq yang ditolong. Allah Yang Maha menolong sebenarnya senantiasa memberikan pertolongannya secara spontan tanpa ditunggu oleh mahluq sehingga mahluk sendiri tidak ada upaya untuk memohon pertolongan. Sebab sudah senantiasa ditolong. Tiada upaya bagi mahluk untuk memohon pertolongan bagi mahluk itu sendiri. Tiada daya bagi mahluk dalam memohon suatu apapun. sebab daya dan upaya tidak pernah ada. Namun daya dan upaya itupun sudah diupayakan atas kehendak Allah sendiri. Atas kekuatan Allah sendiri. Kekuatan NUR ALLAH ITU SENDIRI. Nur itu sendiri yang Qowiyyun. Nur itu memiliki sifat sifat dari pemilik Nur itu sendiri. Nur itu menjadi sebab adanya NUR CIPTAAN SEKALIGUS SIFAT CIPTAAN ITU SENDIRI. Sifat ciptaan itu selamanya merupakan kebalikan dari sifat yang menciptakan.

Di sini semua mahluk terutama manusia sudah ma'rifat kepada Allah tanpa harus diupayakan oleh manusia sendiri sebab sudah menyaksikan semua sifat dan perbuatan Allah kepada mahluk. Mahluk sudah menyadari keadaan itu semua.

Setelah manusia diturunkan ke muka bumi, melalui proses yang diatur oleh Nur Allah sendiri, manusia yang asalnya berupa ruh dari Nur itu lantas diberi jasad hingga tumbuh dinding. Nur Allah menjadi tabir yang mendindingi Allah dengan jasad mahluk. Nur Allah menjadi tabir dengan jasad manusia dan jasad alam semesta. Jasad yang menjadi dinding pembantas itu semakin menjadi tabir kepada Nur Allah bagi mahluk sebagai pembatas antara alam Ruh dengan alam jasad. pembatas antara alam jasad kandungan dengan alam lahiriyah. Alam dunia.

Manusia yang permulaannya senantiasa thawaf musyahadah menyaksikan Allah, mulai berubah menyaksikan Allah dengan dinding rasa. Akal sebagai ciptaan pertama dalam diri manusia merupakan dinding pertama pula sebagai mahluk sehingga terjadi hukum penghambaan. Tanpa adanya dinding antara kholiq dengan mahluk, tidak ada penghambaan. tidak ada pengabdian. Atas dasar kenyataan ini maka apabila ada sebuah pemahaman bahwa orang yang ma'rifat itu sudah tidak perlu beribadah mengabdi kepada Allah, maka secara terang terangan bahwa dia sedang membatalkan dirinya sebagai mahluq.
Dia sedang memproklamirkan dirinya sebagai kholiq. 

Keadaan terdinding itu dijalani oleh manusia sepanjang hidupnya sejalan dengan perkembangan akal sebagai ciptaan pertama dalam diri manusia yang juga menjadi Leluhur bagi para indra. Akal menjadi pengendali indra sekaligus pendinding kuat kepada Allah.
Sehingga manusia betul betul terhalang oleh Nur . Akal membelakangi Nur hingga terdinding dan Indranya ikut terinding akibatnys jasad otak yang menjadi keratonnya akal ikut menutupi keberadaan tuhannya .
Sejak kapan terjadinya hukum penghambaan itu? Sejak terjadinya dinding. Sejak terciptanya ciptaan yang disebut Jinna wal insa, Hukum pengabdian juga ditetapkan. Sebab tidak ada pengabdian tanpa adanya hamba.  

Akhirnya manusia dengan indra menyaksikan, merasa,mendengar dan melihat Allah SWT. Dengan indra akal melihat Allah yang terdinding itu. Akal yang menempati satu titik dalam Qolbu, membuat kantor sendiri di luar distrik untuk memudahkan administrasi.

Ketika manusia diatur oleh akal, tentu manusia itu melihat akal sebagai tuhannya. hal ini tidak bisa dipungkiri. Sebab manusia terhalang oleh mahluk Allah yang bernama akal. melihat indra menjadi tuhannya. 

Begitu juga halnya bahwa ketika manusia diatur oleh yang menciptakan akal, tentu manusia itu melihat yang menciptakan akal sebagai tuhannya. 

Namun ada manusia yang lebih rendah lagi. ketika manusia melihat dimana akal bersemayam, yang dikenal dengan sebutan otak, maka manusia melihat otak sebagai tuhannya. Jika dia orang berilmu, maka dia melihat perbendaharaan yang ada dalam akalnya. Akalnya penuh dengan ilmu ilmu yang sudah disimpan yang sewaktu waktu akan dijadikan tambatan untuk menentukan jalan hidupnya hingga dia menuruti jalannya ilmu yang diatur oleh kemampuan akalnya yang briliant dan akan dituruti dan dijadikan tuhan untuk memutuskan perkara hidupnya.

Bahkan manusia yang paling parah dan paling rendah, manusia melihat benda benda, dia terpengaruh oleh benda. melihat kesukaannya, dia terpengaruh kesukaannya. melihat kecintaannya dia jadikan sebagai tuhannya. dia menuruti kecintaannya terhadap benda. dia mati matian demi benda yang dicintainya. tanpa kenal waktu demi memperoleh benda yang dicintainya. dia tak merasa bahwa sudah takluk menuruti kecintaannya terhadap benda yang dicintai. seakan akan tidak mampu hidup tanpa benda yang dicintai. hingga dia bertekuk lutut kepada benda kecintaannya. jadi itulah yang disebut sujud kepada benda. sujud kepada mahluq. menyembah mahluk. Indranya tertutup oleh mahluk dan tidak mampu lagi merasakan kehadiran pencipta di dalan mahluq. hatinya tertutup kepada yanh menciptakan mahluk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA VERSI TAUHID (Lanjutan 2 )

APAKAH WAHIDIYAH ITU ?