BELAS ASIH MENGALAHKAN KEMURKAAN

BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM

BELAS ASIH ALLAH SENANTIASA MENGALAHKAN KEMURKAANNYA.
Sebelum kita melangkah terlalu jauh, kita perlu mengoreksi diri kita sendiri terutama. kita koreksi keluarga kita khususnya. dengan tujuan, semoga kita betul betul terbuka taufiq hidayah yang sempurna hingga diberi keselamatan fid diini wad dun'ya wal aakhiroh. Aamiin.
sementara ketika kita tengok lebih ke dalam, betapa banyak kedzaliman kedzaliman yang kita lalui. Dzalim kepada diri sendiri, kita senantiasa menganiaya diri sendiri. kita paksakan diri kita menuruti dan memperjuangkan kesenangan kita. Membela mati matian demi terpenuhinya hajad kita. Kita sering menyusahkan dan tidak berbakti kepada orang tua, kepada kerabat, kita kurang sesuai, kita perlakukan sahabat tanpa rasa hormat dan tidak sesuai tuntunan Allah dan rosulnya. bahkan tanpa henti berbuat dzalim kepada mahluk ciptaan Allah pada umumnya.
Semua kedzaiman kedzaliman ini merupakan dosa dosa yang menjadikan sebab penghalang sekaligus siksa dan murka Allah dan Rosulnya. Siksa dunia terutama siksa akhirat. Siksa dunia berupa kesulitan kesulitan hidup, berbagai musibah, terutama musibah Iman. Musibah dijauhi oleh Allah dan Rosulnya . Jika tidak segera di sadari dan ditobati, ini akan berdampak keras sekali bagi kehidupan kita.
Jika kita tengok sifat Adil Allah, tentu kita akan ngeri dan ketakutan. Kita tidak akan sanggup menerima keadilan sebab jika ditimbang antara kebenaran dan ketaatan yang kita lakukan sangat tidak sebanding dengan kedzaliman. Bahkan semua bentuk peribadatan kita masih belum ada satupun yang murni semata mata menghambakan diri kepada Allah. sangat jelas ibadah kita ada campuran lain. banyak muatan muatan lain diluar penghambaan.
Ketika kita berbuat sesuatu, belum 100% atas dasar perintah Allah. masih ada muatan lain yang mendasari perbuatan kita. masih belum murni mengabdi kepada Allah. Kita bangun tidur dan berbuat sesuatu belum kita niati melaksanakan perintah Allah. bahkan bangun tidur itu sendiri sudah niat lain. niat supaya segera siap berangkat bekerja. atau niat supaya segera sampai di tempat pejerjaan bagi yang bekerja. Ada yang niat supaya tidak terlambat ke sekolah bagi pelajar. Ada yang niat supaya sehat bagi yang berolah raga. bahkan masih ada yang niat supaya urusan dunianya lancar , lalu melaksanakan sholat kemudian siap siap melaksanakan tugas rutin yang sudah dia kerjakan bertahun tahun. walaupun sudah kita sadari bahwa sholat niat melaksanakan perintah Allah, namun muatan muatan tersebut masih selalu membayangi perbuatan dan sholat kita. membanyangi ibadah kita.
semua bayangan itu membayangi dan merusak kemurnian dan keaslian dari peribadatan kita. Sehingga Allah tidak sudi menerima ibadah kita yang masih ada campuran itu. Allah menolak ibadah kita yang masih ada muatan lain itu. ibadah apapun yang tidak murni diniatkan mengabdi kepada Allah dan masih ada muatan lain, tentu Allah menolak. sebab selain menghambakan diri semurni murninya kepada Allah, maka akan tertolak. sebab selain #ILLA LIYA'BUDULLOHA MUHLISHIINA LAHUDDDIN KHUNAFA, ..... * Maka semua akan tertolak. semua akan sia sia. Kemurnian itu tidak bisa diukur. ketika betul betul murni tanpa ada campuran sama sekali, barulah akan disebut ihlas. Selama ibadah masih ada muatan muatan lain, baik ingin sorga atau lepas dari siksa api neraka masih belum bisa dikatakan ihlas. Selama masih ada muatan supaya dapat penghasilan dalam bekerjanya, maka masih belum bisa masuk kategori kerja yang ihlas. Sebab dalam bekerjanya masih diatur oleh penghasilan. Selama masih ada muatan supaya dianggap alim dalam berda'wah, masih belum bisa disebut ihlas walaupun kajiannya tentang ihlas. Semua aktifitas akan tertolak dan akan menjadi siksa dan murka.
Kita perlu menyadari bahwa seorang hamba sejati, tidak berani meminta upah. tidak berani melirik sesuatu yang menjadi milik tuannya. Seorang hamba tidak akan melaksanakan sesuatu diluar pantauan tuannya. bahkan segala gerak geriknya merupakan tindakan atas restu kemauan tuannya. Tidak ada niatan atau tujuan untuk dirinya sendiri. sebab dia tahu betul sebagai sahaya. dalam hal ini setiap manusia adalah sahaya dari Allah. tidak pernah ada sahaya yang meminta sesuatu kepada tuannya yaitu Allah subhanahu waya'aalaa. justru dia tahu betul apapun yang dikerjakan adalah modal dan pemberian Allah. Namun kita ternyata tidak begitu sama sekali.
kita sholat, puasa, zakat , Haji dan semua ibadah kita masih ada campuran muatan pribadi agar tidak masuk neraka dan muatan nafsu agar masuk surganya Allah. Kita hendaknya menyadari betul bahwa sholat itu sendiri merupakan perintah dan sekaligus modal dan pemberian. Makan itu sendiri sebenarnya perintah, sekaligus modal dan sekaligus pemberian. Tidur dan semua aktifitas sebenarnya juga begitu.
Sebagai Ibarat anak kecil, disuruh beli gula gula oleh orang tuanya, dia minta imbalan. jika perlu semua sisa uang kembaliannya ikut dia minta semuanya. itupun dia kerjakan dengan terpaksa sebab waktu bersenang senang si anak pasti akan tersita. Ini menunjukkan bahwa si anak kecil itu tidak memiliki pengabdian sama sekali kepada orang tuanya. Namun si orang tua tetap menyayanginya. kejengkelan orang tuanya dikalahkan oleh rasa cinta dan sayangnya. Bahkan orang tuanya sama sekali tidak merasakan jengkel walaupun si anak menampakkan penolakan akan perintah orang tuanya. Tidak jarang pula si anak merogoh kantong uang orang tuanya.
Gambaran cinta orang tua kepada anak ini masih belum sepadan jika dibanding dengan cinta kasih sayang Allah kepada mahluk ciptaannya. Si orang tua memerintahkan anak membeli gula gula bukan untuk orang tuanya. Orang tua menyuruh anak membeli gula gula itu untuk diri anak itu sendiri.
Ketika sang anak itu dibuka kesadaran bahwa gula itu dibutuhkan untuknya tentu anak akan dengan senang hati melaksanakan perintah orang tuanya.
Dalam hal ini, kecintaan Allah sangat tidak bisa dibayangkan. Padahal betapa banyak perbuatan nista kita lakukan. Betapa banyak kegiatan kita menyimpang dari ketentuan. padahal aslinya manusia itu diciptakan dan digerakkan oleh sang pencipta.
Kita bangun dari tidur, sebab dibangunkan dan digerakkan Allah. jika tidak mau mengakuinya, itu sama saja kita menipu diri kita sendiri. Tidak usah menunggu dicabutnya ruh nyawa kita. Hanya digeser sedikit saja kita sudah berantakan. Apalagi jika ruh kita hingga dipindahkan ke tempat lain. Kita tidak akan mampu berbuat apa apa. Itu baru kegiatan jasmani. kegiatan yang didorong oleh akal.
Sementara kegiatan yang didorong oleh batin jauh lebih padat. Gerakan di luar kemampuan akal kita. Walaupun jasadnya diam tidak bergerak, namun jutaan kali gerak batin kita lakukan hingga darah dan semua sel sel darah bergerak keseluruh anggota tubuh. Gerak pikiran yang sederhana dan senantiasa didorong oleh sejuta macam niatan saja sudah sulit kita hitung. Betapa tak terhitung perbuatan nista yang kita laksanakan.
Semua perbuatan nista itu disebabkan oleh ketidak tepatan dalam niat. Tidak Lillah menurut istilah Wahidiyah. Semakin banyak perbuatan semakin banyak kenistaan yang dilakukan. Semakin banyak dosa sebab semua aktifitas baik itu aktifitad lahiriyah maupun batiniyah yang tidak didasari niat Lillahi ta'alla, pasti menjadi niat yang Lighoirillahi ta'alaa. Hal ini berlaku bagi siapapun tanpa pandang bulu.
Baginda Muhammad Rosululloh secara lahiriyah memberi contoh dan tuntunan melalui syariat untuk meminimalisir kegiatan kita yang tidak Lillahi ta'aalaa hingga pada akhirnya kita betul betul murni tanpa pamrih apapun. Baik pamrih duniawi maupun uhrowi yang semuanya dirombak menjadi manusia yang menghambakan diri sehingga ihlas itu terjadi pada setiap aktifitas kita.
Jadi makin jelas tanpa tuntunan Rosululloh tidak akan terjadi Lillahi ta'aalaa. Hal ini sudah cukup menjadi bukti bahwa belas asih Allah senantiasa mendahului kemurkaannya. Allah memberi pertolongan dengan mengutus Rosul semata mata untuk merahmati alam, merawat alam, menjaga kestabilan ekosistim dan seterusnya.
Semoga melalui kahian ini kita semua dibuka taufiq hidayah yang sempurna. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA VERSI TAUHID (Lanjutan 2 )

APAKAH WAHIDIYAH ITU ?