BERPALING DARI MENGHADAP ALLAH

WAHIDIYAH DAN AJARANNYA


SIAPAKAH ORANG YANG BERPALING ?

Berpaling merupakan lawan kata dari menghadap.  Menghadap Allah  adalah kewajiban bagi setiap manusia. Manusia yang senantiasa mengarahkan hatinya kepada allah. menghadap secara rohani kepada yang menciptakan dan menggerakkan.  Jika dalam konteks yang lebih ringan diberi istilah sebagai orang yang senantiasa ingat kepada Allah. 

Jadi kadar menghadap yang paling rendah boleh dikatakan mengingat sebab secara umum keadaan manusia lebih banyak lupa daripada ingatnya kepada Allah. yang dalam bahasa islam dikenal dengan istilah DZIKIR. JADI ORANG YANG TIDAK INGAT( TIDAK DZIKIR ) , DISEBUT LUPA SEBAB JINABAT. WALAUPUN SUDAH BERUSAHA MENGINGAT ALLAH , DIA TETAP MASIH JINABAT  GHOFLAH.

Ini diberi istilah jinabat sebab dia masih harus mandi besar. memandikan hatinya yang kotor dari dosa dosa yang menghalangi untuk hadir dihadapan Allah. sehingga dalam suatu kelompok, kita mendengar ada istilah Dzikir Ghofilin. arti dari ghofilin secara umum diartikan lupa kepada Allah.

Bagi seseorang yang sudah tingkat menghadap  tentunya sudah diatasnya mengingat, sudah pada tingkat menghadap .

Dalam hal ini maka Allah menegur siapapun yang berpaling dari Allah. ini juga berarti Allah sangat menegur dengan keras bagi orang yang tidak senantiasa dzikir. Jadi sebagian tanda tanda orang yang berpaling atau tidak menghadap, maka dia merasa ujub , riya, bahkan puncaknya menjadi takabur. Sebagian tanda tanda orang yang tidak dzkikir kepada Allah , maka dia senantiasa mendustakan ayat Allah. Walaupun sudah melihat ayat-Nya,  dia tidak bisa mengikuti jalan yang lurus dan bahkan memilih yang bengkok . Bahkan bisa jadi kita sudah membaca dan mengkaji ayatnya, akan tetapi kita tidak bisa menangkap makna dari ayat yang sedang kita kaji.

seperti yang tertuang dalam surat al A’rof ayat 146 sebagai berikut.

سَأَصْرِفُ    عَنْ    ءَايٰتِىَ    الَّذِينَ    يَتَكَبَّرُونَ    فِى    الْأَرْضِ    بِغَيْرِ    الْحَقِّ
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.

 وَإِن    يَرَوْا۟    كُلَّ    ءَايَةٍ    لَّا    يُؤْمِنُوا۟    بِهَا
Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya.
 
وَإِن    يَرَوْا۟    سَبِيلَ    الرُّشْدِ    لَا    يَتَّخِذُوهُ    سَبِيلًا    وَإِن    يَرَوْا۟    سَبِيلَ    الْغَىِّ    يَتَّخِذُوهُ    سَبِيلًا    ۚ  
Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya.
ذٰلِكَ    بِأَنَّهُمْ    كَذَّبُوا۟    بِـَٔايٰتِنَا    وَكَانُوا۟    عَنْهَا    غٰفِلِينَ    ﴿الأعراف:١٤٦﴾
Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.


Melalui peringatan ayat tersebut , semoga menjadikan kita ingat kepada Allah. Jika sudah ingat kepada Allah , Tingkatan orang yang mengingat , masih membutuhkan konsentrasi agar tetap ingat dan tidak lupa. Jadi sangat jauh berbeda dengan orang yang sudah mengadap Allah. Dia sudah senantiasa Tawajjuh kepada Allah. kemanapun dia mengarahkan pandangannya , dia tidak berpaling dari menghadap Allah. Sudah pada tingkat YAROLLOHU FII KULLI SYAIIN ( Menyaksikan Alloh dalam segala sesuatu )  Jadi kondisi ini tidak membutuhkan konsentrasi. Sudah lepas dari upaya manusia untuk berusaha menghadap. Jika masih ada upaya menghadap , maka kembali dia terjatuh dalam tingkatan DZIKIR. Kembali pada tingkatan upaya mengingat Alloh. Dia terjatuh kedalam kubangan kembali akibat kembali dikuasai nafsunya. Dia kembali dikotori oleh dirinya sendiri yang sedang jinabat Ghoflah.

Semoga diberi peningkatan hingga kita diberi bisa menghadap Allah . Bukan hanya tingkat Dzikir. Jadi mohon maaf , disini bukan menyepelekan orang yang masih tingkatan Dzikir. bukan begitu maksudnya. sebab Dzikir itu sudah menjadi bagian dari menghadap hanya saja masih ada upaya manusia untuk mengingat.

Hal mengingat Allah ( Dzikir ) sebenarnya sudah sangat istimewa bagi kita. sebab itulah kondisi kita yang sebenarnya. Kondisi manusia secara umum termasuk kami sendiri. disini dimaksudkan betapa bahagianya kita orang yang masih kelas Dzikir , kemudian diperkenalkan dengan amalan Sholawat Wahidiyah yang senantiasa diajak untuk melatih diri kita bersama orang yang menghadap allah. Kita diajak senantiasa makmum dibelakang Rosululloh. Kita latihan Nida’ Rosul disegala kondisi. Nggandol kanjeng Nabi SAW disegala keadaan. Tentu kita orang yang kelas Dzikir ini sesekali akan dihadapkan kepada Alloh akibat kesungguhan kita dalam makmum Rosululloh di segala bidang. Ibarat orang yang sudah akrap dengan pak sopir , tentu sesekali diajak oleh pak sopir ke suatu tempat. sesekali akan diajak berkeliling melihat banyak hal. apalagi kita akrab dengan pak pejabat. tentu kita akan sering diberi tahu jenis jenis pekerjaan pejabat tersebut. jika perlu kita sendiri sesekali juga diberi kesempatan melaksanakan sebagian tugas dari pejabat tersebut.

Maka alangkah bahagianya kita orang biasa dan bukan kalangan nabi bahkan bukan orang ma’rifat ini diberi kesempatan kumpul bersama Para Kekasih Allah. terutama bersama Rosululloh SAW. ini kesempatan yang tidak boleh kita sia siakan. sebab berangkat menuju Allah , itu tidak mudah. Banyak leluhur kita tumbang ditengah jalan dan tidak menemukan jalan menuju Allah. Banyak sekali ahli riyadhoh yang berhenti di satu maqom saja.  Banyak ahli tirakat yang hanya berhenti dan bermain main di satu kondisi tertentu, misalnya hanya berputar putar dibidang karomah. bidang keampuhan. bahkan sangat ironi bahwa karomah atau keampuhan menjadi tujuan dari tirakatnya.

ini juga bukan menyalahkan orang yang sedang tirakat, sebab tirakat itu juga bagian dari perintah Allah. hanya saja , jika kita hanya bermain main di tingkat karomah, maka kita akan lupa bahwa tujuan awal kita adalah mendekat kepada Allah. Tujuan setiap orang beriman adalah FAFIRRU ILALLOH WA ROSULIHI SAW.

Tujuan utama manusia kembali kepada Allah. Kembali menghadap Allah, hingga sesuai kehendak Allah, yaitu beribadah hingga betul betul menghadap. yang dalam sabdanya berbunyi:
واعْبُدكأنَّك  ترا هُ ٠ فإٍلم ترا فإنّه يراك
“Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, Jika  kamu tidak melihat-Nya  Dia  sesungguhnya melihatmu.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah, hadits ini hasan)

Jadi bidang beribadah menghadap Allah , digambarkan dalam Haditz tersebut dengan  kata TARO yang artinya kamu melihat.  dan bagi yang tidak diberi bisa melihat, harus tetap yakin bahwa kita dilihat olah Allah. 

Maka pada awalnya dibutuhkan kesungguhan dalam melepaskan diri dari upaya manusia dan bersungguh sungguh mengikuti tuntunan rosululloh dalam mengarahkan nafsu hingga ibadah kita lepas dari campuran syirik .

Hati yang bersih dari kotoran nafsu , akan diberi bisa Yarollohu fii kulli syaiin/ menyaksikan allah dalam segala sesuatu. akan menyaksikan kehadiran Rosululloh SAW dalam diri mahluk serta menyaksikan nur nur ubudiyah sehingga ruhnya ibadah mengantarkan dirinya kepada Allah dibelakang Rosululloh SAW.

Was salamu ‘alaikum wr wb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA VERSI TAUHID (Lanjutan 2 )

APAKAH WAHIDIYAH ITU ?