CATATAN IBADAHNYA KOSONG

SELAIN WALIYULLOH IBADAHNYA TEKA TEKI
( Kajian syariat bidang wushul )


Aasalamu'alaikum wr wb.
Bismillahir rohmaanir rohiim


ucapan syukur Alhamdulillah senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT, atas limpahan nikmat yang tak terhingga diberikan kepada kita semua sehingga salah satunya diberi bisa mengikuti dan menkaji diri kita sendiri indalloh wa rosulihi SAW. maka tak lupa pula kita haturkan salam ikroman, ta'dziiman wa mahabbatan kepangkuan junjungan kita Rosulullohi SAW beserta pengikutnya min awalihim ila akhirihim khushushon beliau Ghoutsi HadAz Zaman RA.

Dengan keyakinan penuh bahwa semua kekasih Allah senantiasa menjangkung restu hingga untaian kata ini menjadikan sebab yang kuat diterimanya semua permohonan baik yang kita ucapkan maupun yang terlintas dalam hati . 

Semoga siapapun yang membaca untaian kata ini tidak lama lagi betul betul dibuka kesadaran fafirru ilalloh wa rosulihi SAW.

Mari kita koreksi bersama sama akan apa yang selama ini kita kerjakan. Menjelang akhir tahun hijriyah 1435 H, tentunya kita perlu menghitung diri kita sendiri sebelum kita dihitung.

Kita sama sama mafhum apa itu Lillahi ta'aalaa. kita semua tahu bahwa kita diperintah mengabdi kepada Allah sejak kita diciptakan dan hingga waktunya . Berapa persen hidup kita untuk menghamba kepada Allah dan berapa persen untuk menghamba kepada nafsu kita sendiri atau mengabdi kepada selain Allah.

Kita sama sama tahu, *Wamaa kholaqtul jinna wal insa illa liya'buduun. *Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri. Menghamba kepadaku kata Allah. jadi dalam alqur'an surat Addzariyat 56 sudah jelas bahwa kita tercipta hanya untuk mengabdi hingga tidak ada waktu maupun aktifitas selain mengabdi kepada Allah tentunya. 

Untuk itu kita perlu mengoreksi diri kita sendiri. sejak pagi hari, kita bangun, berdiri, berjalan, bekerja hingga siang, hingga sore, hingga malam, hingga kita tidur dan bangun lagi. jika diteliti betul, dalam hitungan jam bahkan menit saja bisa terdapat ribuan perbuatan. bahkan diam itu juga sebuah perbuatan. berbuat untuk tidak melakukan aktifitas tertentu. Jadi diam itu juga af'al. 

Sebuah pertanyaan besar yang harus kita jawab sendiri.
Sudahkah kita gunakan untuk mengabdi kepada Allah ? Sudahkah kita niatkan untuk menghamba sesuai ayat tersebut ? atau seluruh aktifitas kita justru hanya untuk mengikuti hawa nafsu ? atau tidak ada sama sekali penghambaan ? Atau bahkan saat kita sholat, itupun bukan mengabdi?..... sebab sholat kita masih menuntut imbalan dari Alloh? menuntut surga? menuntut supaya tidak masuk neraka? Jika itu yang terjadi, maka tidak ada harapan bagi untuk selarmat. semua bentuk pengabdian kita masih didorong oleh imbalan. Apakah bisa sebuah pengabdian yang didasarkan sebuah imbalan disebut pengabdian? . Tepatnya akan lebih tepat jika kita sebut barter. Tepatnya ini sebuah transaksi tukar menukar. 

Ketika kita menyadari akan hal ini, kita akan melihat dengan mata kita sendiri bahwa sebenarnya kita masih belum pernah beribadah. Kita belum pernah mengabdi kepada Allah. Kita belum menjadi hamba Allah menurut ukuran ilmu wushul. Ibadah kita tukar dengan fadhol Allah 

Semua aktifitas apapun termasuk Sholat, Puasa, Zakat, haji, dan seterusnya, hingga semua perbuatan yang tidak dikitabkan, seperti makan, tidur, bekerja, kumpul keluarga, dan seterusnya. Semuanya akan dicatat ibadah selama dalam pelaksanaannya diniatkan semata mata untuk mengabdikan diri kepada Allah tanpa pamrih apapun. Jadi ini merupakan hukum Allah yang tidak semuanya menjadi hukum islam. Ketika kita melakuakan sebuah aktifitas jika tidak untuk mengabdi kepada Allah tanpa pamrih, tentu itu semua bukan ibadah. Walaupun aktifitas itu berupa sholat sekalipun. sekalipun itu berupa puasa, berupa zakat, berupa amal kebajikan, Allah tidak akan mengakui sebagai ibadah. Allah hanya mengakui sebagai aktifitas biasa, sebatas sebuah fi'luhu dari sebuah Aamiluun. 

Dari sekian juta aktifitas kita, kesemuanya masih berupa perbuatan Lahir yang masih merupakan perbuatan yang tidak bisa menyebabkan kita selamat dari segala urusan kewajiban kita kepada Allah sebagai hamba selama dalam pelaksanaannya tidak di dasari Lillahi ta'ala. Bagaimanapun keihlasan kita dalam berbuat, tidak akan menjadi sebab bagi kita untuk menjadi Abdullah. Sudah murni tanpa pamrih, tapi dasarnya tidak semata melaksanakan perintah Allah. Bahasa ringkasnya dalam istilah Wahidiyah, bahwa perbuatan kita masih mengandung unsur Lighoirillah. Unsur supaya baik, unsur supaya berhasil, supaya diakui oleh orang lain, supaya Ihlas dan supaya dan supaya yang semuanya tetap merusak amal itu sendiri. 

Sebagai pemahaman yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa semua yang tidak Lillah pasti Lighoirillah. Dan semua yang Lighoirillah itu bukan Ibadah. Atau bahasa sopannya adalah bahwa Ibadahnya masih teka teki. kapan detik Lillah, pasti Ibadah, dan kapan Lighoirillah pasti bukan ibadah yang mana antara keduanya menjadi teka teki yang sangat besar kecuali murni Lillahi ta'aalaa. 

Hanya yang dilindungi Allah akan mampu menerapkan Lillah. Hanya Abdulloh yang menjadi Hamba Allah. Hanya kekasih Allah yang senantiasa menerapkan pengabdian kepada Allah. Sebagaimana dalam sebuah kitab dijelaskan bahwa #Man 'amila Lillah, wahuwa waliyyun au abdulloh.*Siapa saja yang menerapkan Lillah maka dia itu Waliyulloh atau Abdulloh. 

Kiranya sangat jelas bahwa selain kekasih Allah masih belum mampu melaksanakan pengabdian kepada Allah sebab dalam ibadahnya masih ada udang dibalik batu. PAda unsur meminta imbalan dalam setiap aktifitasnya. Ibarat seorang buruh masih menuntut gaji yang sebenarnya sudah menjadi haknya.

Semoga dengan terbukanya kesadaran ini kita diberi bisa secepat kilat bertaubat. Secepat kilat kita memohon ampunan kepada Allah SWT. Mohon syafa'at Rosulullah SAW, dengan bersungguh sungguh tobat makmum dibelakang kekasih Allah Ghoutsi Hadzaz Zaman RA.

Alfaatihah.
Yaa syafi'al kholqis sholatu was salaam, 'alaika nuurol kholqi haadia al anaam, wa ashlahuu wa ruuhahu adriknii faqod dzolamtu abadan wa robbinii, wa laiasa lie yaa sayyidii siwaakaa faintarudda kuntu syhshon haalikaa. Yaa sayyidii Yaa Rosuulalloh. Yaa Sayyidiu Yaa Rosulalloh. Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh.
Alfaatihah.

Ditilik dari sini, kita menyadari betapa sulitnya ibadah. betapa beratnya sebuah pengabdian. betapa tidak mampunya kita menjadi hamba Allah, bagi yang tidak terbuka hidayah sehingga menyadari betul ketidak tahuan kita akan kedudukan kita di hadapan Allah SWT.

Apalagi jika kita koreksi lebih jauh lagi, apa apa yang kita kerjakan, jika tidak semata mata untuk menghambakan diri kepada tuhan, tentu nilainya menghamba kepada selain tuhan. bisa menghamba kepada mahluk ciptaan tuhan. Mahluk tuhan itu bisa berupa apa saja. bisa berupa orang yang kita cintai, bisa perupa pacar, bisa berupa anak, istri, suami, bisa berupa harta yang kita sukai, kesenangan yang kita junjung tinggi, kedudukan yang kita puja. Pangkat dan derajat yang kita damba. semua itu yang membelokkan tugas utama kita dalam menghamba. Bahkan yang paling umum sering terjadi berupa diri kita sendiri. yang pada umumnya diberi sebutan Ananiyah. menyembah dirinya sendiri. Orang yang menyembah dirinya sendiri atau menuruti nafsunya sendiri, atau berbuat sesuatu atas dasar dorongan dari nafsunya sendiri tidak bisa dikatakan mengabdi atau beribadah kepada Allah. sebab ada dorongan dari selain Allah yaitu nafsunya sendiri. Mau tidak mau, menurut ayat atau kalamulloh, yang tentunya sudah menjadi hukum Allah, ini tidak bisa dikatakan mengabdi kepada Allah. Atau boleh jadi dikatakan mengabdi kepada Allah akan tetapi masih ada dorongan dari selain perintah Allah yaitu perintah nafsunya sendiri. 

Yang mana dalam istilah Wahidiyah yaitu Linafsi.

Dengan menengok kejadian nyata pada diri kita yang ternyata mengingkari ayat ayat Allah, dan tidak sesuai dengan pernyataan yang sering kita ucapkan, sehingga suatu ketika ada seorang rekan mengatakan betapa sulit dan licin sekali jalan menuju Allah. Maka kami katakan memang sangat sulit dan Licin sekali, Kita masih tergiur oleh Pundi pundi dari Amal. pundi pundi yang jelas dijanjikan Allah. Pundi Pundi yang tergambar berupa surga. Pundi Pundi Allah dalam bentuk peringatan, berupa gambaran neraka dan lain sebagainya..

Hal ini semakin jelas jika Allah murka kepada kita kebanyakan manusia. Tidak hanya dimurka akan tetapi lebih dari itu, yaitu bahwa orang yang menyembah atau menuruti hawa nafsu itu sangat dibenci oleh Allah. 

#Abghodhu ilaahin ubida lahu fil ardhi huwa al hawa" Sesembahan yang paling aku benci di muka bumi itu adalah hawa nafsu. 

Sekecil apapun yang namanya nafsu, pasti menjeromoskan apabila tidak dirahkan kepada jalan yang sesuai dengan kehendak Allah. Segala bentuk sumber nafsu berpangkal dari dalam hati kita berupa nafsu Ananiyah. Nafsu meng aku aku. Aku kepingin. aku mau, aku tidak mau. Aku suka, aku benci. Aku dan aku dan seterusnya.  

Terjadinya kebaikan atau keburukan di dunia ini, berawal dari adanya nafsu. Maka dalam kajian Wushul kepada Allah, yang dikaji pertama kali adalah tentang nafsu dan pernak perniknya nafsu. 

Sebagaimana kita sadari bersama, bahwa nafsu itu senantiasa mengajak kepada kehancuran apabila tidak diarahkan. Oleh sebab itu , kajian di sini lebih mengedepankan kajian nafsu yang mengarah kepada hal hal menjauhkan kita kepada Allah. 

Sumber nafsu itu sendiri adalah Ananiyah. selebihnya merupakan perinciannya dalam bentuk jenis dan namanya. 

Ada Nafsu Bahimiyah, yang sifatnya menyerupai binatang. prilakunya juga seperti binatang. hidup hanya makan, tidur, sex. 

Nafsu Sabu'iyah, yang sifatnya Ganas, mencengkeram, menghancurkan, membunuh, juga mirip binatang buas, hidup hanya makan, tidur, sex, dan bersifat menghancurkan lawan. 

Nafsu Syaithoniyah, yang sifat dan prilakunya melawan aturan, melawan hukum sosial, hukum agama, hukum negara, pokoknya bersifat kontrdictive dan berusaha membelokkan linnya. 

Nafsu Rububiyah, Menyerupai Tuhan, Meniru sifat tuhan, ingin seperti tuhan. Jika tuhan kuasa, kita juga kuasa walau konteknya berbeda. jika tuhan maha mengetahui, kita juga merasa tahu. Jika Tuhan maha berkehendak, maka kita juga merasa punya keinginan. dan seterusnya hingga merasa mampu menolong lainnya. 

Dalam kajian ini cuma Muhasabah, selebihnya kembali kepada kita masing masing. Kita disuruh menghitung perbuatan mana yang masuk kategori Ibadah dan mana yang bukan ibadah. 

Ketika kita menyadari keadaan kita sedang menempati salah satu macam nafsu, atau sedang dikuasai semua jenis nafsu, yang jelas liammarotun Bissu' , nafsu itu menggeret kepada kejahatan. Mungkin menurut kacamata syariat, tampak tidak jahat, nafsu ingin berhasil umpamanya, nafsu ingin hidup mapan misalnya. ini lepas dari Lillah. Sementara perbuatan yang tidak Lillah menurut ajaran Wahidiyah, berarti perbuatan yang menyimpang dari hukum Allah yaitu mengabdi, hanya kepada Allah. Sudah tentu semua yang tidak Lillah, pasti menyimpang. Bukan besar kecilnya penyimpangan, akan tetapi sekecil apapun sebuah penyimpangan, tetap sebuah ketidak tepatan. yang dimurka itu penyimpangannya. bukan bentuk dan jenis penyimpangannya. 

Di lapangan kehidupan diri kita sendiri menyaksikan jutaan penyimpangan tiap hari. Jika tidak berhati hati, kita sendiri akan ikut tergelincir. Apalagi tidak dikaji dan dikoreksi untuk ditobati. mohon ampunan maghfiroh Allah dan Rosulnya. Semakin tidak ditobati maka semakin menumpuk dan menumpuk. Jadi yang pokok dalam segala aktifitas harus Lillah. Sebagaimana sudah sekian kali kita kaji bersama bahwa semua yang tidak Lillah merupakan penyimpangan. Dosa penyimpangan akibat perbuatan Lighirillah. karena selain mengabdi pasti menyimpang dari hukum Allah SWT. menyimpang dari tuntunan Rosulullah SAW.

Semoga muhasabah ini menimbulkan peningkatan yang luar biasa serta istimewa. sebab waktu kita sudah tidak banyak. Tidak akan cukup untuk modal ahirat yang abadan abada selama lamanya. 

Jika kita menyadari akan hal ini tentu tidak akan ada waktu selain mengabdikan diri kepada Allah. Tidak akan ada urusan selain Allah. Tidak ada tuhan selain Allah. tidak ada penghambaan kecuali kepada Allah. 

Kajian ini baru sepotong, yaitu kajian syariat, kajian lahir, aktifitas lahir. Ibadah jasmani. ibadah yang sebenarnya masih jauh dari yang sebenarnya. Masih belum menyentuh ranah hakikat. sebab Perbuatan Lillah itu berkenaan dengan syariat lahiriyah. Baru jenis dorongan batin yang dimanifestasikan dalam bentuk perbuatan jasmani. masih belum masuk ranah Rohani, yang mana ranah rohani adalah ranah Billah. ranah langit istilahnya. sedangkan ibadah lahir atau jasmani itu masih ranah bumi.

Semoga kajian ini menjadi sebab ditingkatkannya nilai pengabdian kita kepada Allah dan Rosulnya. Dengan niat murni menghambakan diri tanpa pamrih imbalan apapun semua akan menjadi ibadah. 

Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalamu'aaikum wr wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA VERSI TAUHID (Lanjutan 2 )

APAKAH WAHIDIYAH ITU ?